Rabu, 16 Maret 2016

Kebudayaan Yogyakarta




Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.


Geografi

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang merupakan peleburan bekas (Negara) Kesultanan Yogyakarta dan [Negara] Kadipaten Paku Alaman. Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian tengah dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah Istimewa yang memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kota dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki jumlah penduduk 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2.


Secara geografis, DIY diuntungkan oleh jarak antara lokasi objek wisata yang terjangkau dan mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat signifikan menjadi motor kegiatan perekonomian DIY yang secara umum bertumpu pada tiga sektor andalan yaitu: jasa-jasa; perdagangan, hotel dan restoran; serta pertanian. Dalam hal ini pariwisata memberi efek pengganda (multiplier effect) yang nyata bagi sektor perdagangan disebabkan meningkatnya kunjungan wisatawan. Selain itu, penyerapan tenaga kerja dan sumbangan terhadap perekonomian daerah sangat signifikan.


Daerah Istimewa Yogyakarta terletak pada  kurang lebih 114 meter diatas permukaan laut. Daerahnya yang kurang lebih berbentuk segi tiga terletak di antara :  110° BT -110° BT dan 7°32 LS - 8°12 LS. Secara administratif Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai status sebagai daerah tingkat satu yaitu sebagai Pravinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah-daerahnya dibatasi oleh :

 - sebelah Timur           : Jawa Tengah
 - sebelah selatan         : Samudra Indonesia
 - sebelah Barat           : Jawa Tengah

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas 4 Kabupaten dan 1 Kotamadya, yaitu : Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Sleman dan Kotamadya Yogyakarta.

Berdasarkan Topografinya daerah Istimewa Yogyakarta terbagi menjadi 3 zone yaitu : zone timur,zone tengah dan zone barat.

Daerah zone Timur pada umumnya berupa daerah pegunungan kapur selatan,dimana air sangat sulit diperoleh karena terdapat di bawah tanah. dearah-daerah yang termasuk zone timur ini adalah daerah yang berada di wilayah kabupaten Gunung Kidul sebagian daerah Kabupaten Sleman sebelah Timur yaitu sekitar pegunungan Bongkeh (Prambanan) dan sebagian daerah Bantul yaitu daerah Piyungan.

Daerah Zone Tengah meliputi daerah-daerahdi Kabupaten Sleman, Kotamadya Yogyakarta dan sebagian dearah Bantul. daerah-daerah ini pada umumnya merupakan daerah pertanian sawah yang subur. kesuburan tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh abu vulkanis dari Gunung Merapi. di samping itu juga daearah zone tengah ini dikelilingi pegunungan sehingga merupakan tanah ledok atau kom yang amat baik sekali untuk penyimpanan dan penanpungan air yang berasal dari sungai maupun air hujan.

Daerah Zone Barat pada hakekatnya  sama dengandaearah zone Timur. Dimana daearahnya terdiri dari pegunungan kapur yaitu patahan dari pegunungan Menoreh. dengan demikian air yang ada juga terdapat di bawah tanah. Sehingga penduduk melakukan mata pencariannya dengan bercocok tanam,di ladang. Yang termasuk zone barat ini adalah daerah wilayah Kabupaten Kulon Progo.

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut unsure Makro morfologi di bagi atas:

·         Daerah unit Gunung Merapi
·         Daerah dataran endapan (alluvial plain) Yogyakarta –Bantul dan sekitarnya.
·         Daerah pegunungan plateau selatan
·         Daerah pegunungan kompleks Kulon Progo dan pegunungan kapurv Sentolo.

·         Daerah dataran Alluvial pantai selatan.




Sistem Sosial

A.    Stratifikasi Sosial

Stratififikasi sosial atau pelapisan sosial banyak dijumpai di berbagai kelompok masyarakat. Ukuran stratifikasi sosial atau perbedaan status kelompok-kelompok masyarakat berbeda satu dengan yang lain. Ada yang menggunakan ukuran kekayaan, pendidikan, darah bangsawan, atau kekuasaan dan lain sebagainya. Dengan adanya stratifikasi ini telah terlihat jelas besarnya pengaruh suatu kelompok maka semakin tinggi kedudukannya dalam masyarakan dan sebaliknya.

Pada masyarakat pedesaan di kota Yogyakarta, kekayaan tidak mendasari adanya stratifikasi sosial ini. Orang-orang yang dianggap memiliki kedudukan yang tinggilah yang dianggap orang yang memiliki kelebihan, misalnya kelompok pegawai pemerintahan. Di berbagai kegiatan dan dan jabatan pemerintah biasanya dipegang oleh kelompok ini. Kepala desa dan sekertaris desa, dan pengurus organisasi sosial biasanya dijabat oleh orang yang berpendidikan perguruan tinggi.

Lapisan lain yang mendapatkan posisi yang tinggi adalah pamong desa. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari antara pamong desa dan rakyatnya. Dalam suatu pembicaraan biasanya kepala desa menggunakan bahasa Jawa Ngoko, atau seandainya menggunakan bahasa Jawa Kromo pun masih dicampur dengan bahasa Jawa Ngoko. Sedangkan rakyat yang diajak berbicara biasanya menggunakan bahasa Jawa Kromo Inggil. Hal ini juga nampak jelas pada waktu ada pesta perkawinan, kepala desa menempati tempat yang sudah ditentukan yaitu kursi barisan paling depan.

B.     Ikatan Kekerabatan

Pada umunya sistem kekerabatan penduduk desa berdasarkan prinsip bilateral seperti umumnya yang terdapat pada orang Jawa. Dalam satu keluarga biasanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang belum menikah atau disebut keluarga inti. Namun, ada juga bentuk keluarga luar yaitu unit keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah dengan anak yang sudah menikah atau ada saudara lain yang ikut dalam keluarga itu.

Ikatan kekerabatan yang kuat pada seseorang biasanya ditandai dengan saling mengunjungi dan saling membantu. Istlah yang digunakan pun umumnya sama seperti menyebut saudara dari pihak ayah atau ibu menggunakan istilah bulik, budhe, pakdhe atau paklik. Bahasa yang digunakan pun berbeda, bahasa yang digunakan anak untuk berbicara terhadap orang tua nya menggunakan bahasa Jawa Kromo Inggil.

C.    Kepercayaan

Bagi masyarakat Yogyakarta kepercayaan terhadap agama merupakan suatu yang tidak di tinggalkanya. Bahkan Sultan mereka mendapat gelar dan predikat panotogomo yang berarti pengatur dan pelindung agama[4]. Sejalan dengan itu di Yogyakarta setiap aliran agama, yang mendapat pegakuan dari pemerintah,  bebas dan berhak mengembagkan ajaran-ajaran yang dipercayainya. Di daerah ini agama-agama yang paling banyak penganutnya ialah agama Islam, Kristen, baik Katholik maupun Protestan, Hindu dan Budha. Adanya kebebasan untuk menyebarkan ajaran-ajaranya, memberi kemungkinan kepada kelompok agama-agama untuk mendirikan tempat-tempat ibadah mereka, malah pembangunan tempat ibadah-ibadah mereka selalu mendapat bantuan dari pemerintaah, baik pusat maupun daerah. Kegiatan untuk itu tidak jarang dilaukan secara bersama, bahkan dari agama lainya. Sehubungan dengan itu pada tahun 1952 jumlah masjid yang berada di daerah Yogyakarta  sebanyak 496 buah, langgar 3015 buah, sedangkan geraja sebanyak 64 buah. Keadaan ini tentu telah berubahan, dalam arti kata jumlahnya sampai sekarang makin bertambah banyak. Di Yogyakarta ada beberapa tempat ibadah yang cukup terkenal karena bentuknya yang menarik, seperti masjid besar di komplek kraton dan greja Katholik di Kota Baru. Sejak dulu daerah Yogyakarta merupakan tempat subur bagi pertumbuhan aliran-aliran kebatinan. Pada tahun 1952 di Gunung Kidul terdapat 4 buah organisasi kebatinan, di Bantul 21 buah, di Sleman 3 buah, di Kulon Progo terdapat 4 buah dan di Yogyakarta 4 buah. Besar dari setiap anggota organisasi kebatinan itu berbeda jumahnya tetapi jumlahnya berkisar dari puluhan orang sampai ribuan orang.


Dewasa ini aliran kebatinan termasuk apa yang disebut kepercayaan makin mendapat tempat di masyarakat oleh arena adanya kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan dirinya. Mereka sudah mendapat pengakuan resmi dari pemerintah, dan setiap tahun pada tagggal 1 suro mereka merayakan hari besar mereka. Juga sebagaimana agama lainya, aliran kepepercayaan ini telah mendapat hak untuk menyebarkan ajaranya melalui media masa resmi pemerintah seperti televisi.


Bahasa

Di Yogyakarta terdapat daerah Enklave Surakarta, yaitu daerah yang dulu menjadi wilayah administrasi pemerintah Surakarta. Lebih tepatnya terdapat dua daerah Enklave Surakarta yang berada di Yogyakarta. Kedua daerah itu adalah Kotagede dan Imogiri.
Akibat politik devide et impera terdapat dua wilayah yang tidak dibagi secara tegas. Sehingga menimbulkan satu wilayah yang memuat dua masyarakat berlainan administrasi kewilayahan, yaitu Surakarta dan Yogyakarta. Akibatnya, terjadi persaingan dua kebudayaan besar di wilayah enklave.

Adanya pergesekan budaya di Kotagede SK dan Kotagede YK dengan Imogiri SK dan Imogiri YK. Selain terjadi pergesekan perbedaan kebudayaan di wilayah enklave, prinsip-prinsip penggunaan bahasa pun berbeda, yaitu Bahasa Jawa Surakarta dan Bahasa Jawa Yogyakarta.


Kebiasaan Masyarakat

Kraton Yogyakarta adalah obyek utama di Kota Yogyakarta. Bangunan Bersejarah yang merupakan istana dan tempat tinggal dari Sultan Hamengku Buwana dan keluarganya ini berdiri sejak tahun 1756. Kraton Yogyakarta dengan segala adat istiadat dan budayanya menjadi ruh kehidupan masyarakat Yogyakarta. Kraton Yogyakarta juga menjadi obyek wisata utama di Kota Yogyakarta baik dari sisi peninggalan bangunannya maupun adat istiadat yang ada di dalamnya. Di Kraton Yogyakarta di samping dapat dinikmati keindahan masa lalu melalui arsitektur bangunannya, dapat juga dinikmati kesenian tradisional yang disajikan setiap harinya di Bangsal Manganti. Saat ini Kraton Yogyakarta ditempati oleh keluarga Sultan Hamengku Buwana X yang menjadi raja sekaligus gubernur di Yogyakarta.


Secara fisik Istana Sultan Yogyakarta mempunyai tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta juga memiliki berbagai warisan budaya yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Selain itu, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Sehingga tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

Adapun beberapa Tradisi Budaya dari Kraton Yogyakarta adalah sbb :

     1.     Upacara Sekaten

  Sekaten merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh hari. Upacara ini sudah dilakukan sejak jaman kerajaan Demak. Sebenarnya tujuan utama upacara ini adalah dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad Saw (Maulid Nabi). Sekaten sendiri  berasal dari istilah credo yang dalam agama Islam berarti Syahadatain. Upacara Sekaten ini ditandai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, KK Guntur Madu dan KK Nagawilaga dari keraton untuk ditempatkan di Pagongan Selatan dan Utara di depan Masjid Gedhe (Masjid di dalam komplek Keraton). Selama tujuh hari, mulai hari ke-6 sampai ke-11 bulan Mulud, kedua perangkat gamelan tersebut ditabuh secara bergantian.

     2.    Upacara Siraman Pusaka dan Labuhan

   Dalam bulan pertama kalender Jawa yaitu bulan Suro, Keraton Yogyakarta memiliki upacara tradisi khas yaitu Upacara Siraman Pusaka dan Labuhan, maksudnya adalah untuk membersihkan maupun merawat Pusaka Kerajaan yang dimiliki. Upacara ini di selenggarakan di empat tempat dan lokasinya juga tertutup untuk umum dan hanya diikuti oleh keluarga kerajaan.

    Sedangkan Labuhan adalah upacara sedekah yang dilakukan di dua tempat yaitu Pantai Parang Kusumo dan Lereng Gunung Merapi. Di kedua tempat itu benda-benda milik Sultan seperti nyamping (kain batik), rasukan (pakaian) dihanyutkan.  Benda-benda tersebut kemudian diperebutkan oleh masyarakat.

     3.    Upacara Garebeg

    Setiap tiga kali dalam satu tahun kalender Jawa upacara Garebeg diadakan, tepatnya tanggal dua belas bulan Mulud (bulan ke-3), tanggal satu bulan Sawal (bulan ke-10) dan tanggal sepuluh bulan Besar (bulan ke-12). Pada hari-hari tersebut Sultan berkenan mengeluarkan sedekahnya kepada rakyat sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan.




     4.    Upacara Tumplak Wajik

    Ini merupakan acara pembuatan Wajik (makanan khas yang terbuat dari beras ketan dengan gula kelapa) untuk mengawali pembuatan pareden yang digunakan dalam upacara Garebeg, dua hari sebelum upacara Garebeg tepatnya. Upacara ini dihadiri oleh pembesar Keraton. Musik-musik khas budaya Jawa pun terdengar dalam prosesi upacaranya, seperti musik ansambel lesung-alu (alat penumbuk padi), kenthongan, dan alat musik kayu lainnya. Setelah upacara selesai dilanjutkan dengan pembuatan pareden.




Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat di Yogyakarta adalah bercocok tanam,
berdagang, kerajinan (kerajinan perak, kerajinan wayang kulit, dan kerajinan
anyaman), dan wisata. Yogyakarta lebih terkenal sebagai daerah pariwisata, karena
mempunyai banyak peninggalan budaya. Selain itu Yogyakarta juga terkenal sebagai
kota pendidikan. Karena itu sebagian masyarakat kota mempunyai usaha rumah kost
buat mahasiswa.

Merupakan pemandangan yang biasa ketika anda sampai di Stasiun
Yogyakarta atau di halte khusus tempat perhentian bus-bus pariwisata, anda akan
disambut oleh banyak tukang becak. Mereka akan mengantarkan anda ke tempat
tujuan mana saja yang layak untuk anda nikmati seperti toko baju, toko bakpia, mal,
atau sekadar membeli cinderamata.



0 komentar:

Posting Komentar