Rabu, 20 April 2016

Prosa Lama (Penjelasan + Contoh)


PROSA
Kata Prosa berasal dari bahasa Latin yang berarti “Terus Terang”. Prosa adalah suatu jenis tulisan yang menjelaskan atau mendeskripsikan suatu fakta ataupun ide sesorang secara jelas. Prosa dibedakan dari Puisi karena Variasi Ritme yang dimiliki prosa lebih besar.

Ciri Ciri Prosa Lama
1.        Statis
Kalau kita baca Sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Si Miskin, Hikayat Bangsawan, dan prosa lama yang lain, bentuknya selalu sama, pola-pola kalimatnya sama, malahan banyak kalimat dan ungkapan sama betul, tema ceritanya pun sama.

2.        Diferensiasi sedikit
Cerita lama pada umumnya merupakan ikatan unsur-unsur yang sama karena perhubungan beberapa unsur kuat sekali.

3.        Tradisional
Prosa lama memiliki pola-pola bentuk yang dijadikan transisi. Kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan yang sama terdapat dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan di dalam satu cerita juga sering diulang-ulang.


4.        Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat
Kebanyakan hasil sastra dalam kesusastraan lama tidak diketahui siapa pengarangnya. Kalau dicantumkan suatu nama, itu hanya nama penyadur dan bukan nama pengarang yang sebenarnya. Sebab cerita lama itu hidup di tengah-tengah masyarakat yang diceritakan secara turun-temurun.

5.        Tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun
Sejarah menurut pengertian lama adalah karangan tentang asal usul raja dan kaum bangsawan dan kejadian-kejadian yang penting, tanpa memperhatikan perurutan waktu dan kejadian-kejadiannya (tidak kronologis). Nama-nama tempat terjadinya perisitiwa juga tidak jelas.

6.        Bahasanya menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional
           ·Banyak memakai kata penghubung yang menyatakan urutan peristiwa, misalnya: harta, syahdan, maka, arkian, sebermula, dan lalu.
           ·Banyak memakai bentuk yang tetap sehingga terdapat banyak pengulangan kata, misalnya: Kata sahibul hikayat, ada sebuah negeri di tanah Andalas Palembang namanya, Demang Lebar Daun nama rajanya, asalnya daripada anak cucu Raja Sulan, Muara Tatang nama sungainya. (dari Sejarah Melayu)
           ·Banyak memakai bentuk partikel pun dan lah
           ·Banyak memakai kalimat inversi, misalnya: Syahdan maka bertemulah rakyat Siam dengan rakyat Keling, lalu berperang. Lalu diceritakanlah segala kelakuan tuan putri dengan nahkoda itu.

7.        Pokok Cerita
Selalu raja-raja dengan istananya, pemerintahannya, orang bawahannya, dan lain-lain. Tidak pernah menceritakan orang kebanyakan, kalaupun ada, yang diceritakan adalah orang kebanyakan yang luar biasa. Misalnya, orang yang sangat dungu atau yang sangat cerdik dan orang yang selalu malang.

Pengertian Prosa Lama
Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat.
Bentuk-bentuk Sastra Prosa Lama :

1.      Dongeng
Adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai berikut:

 a. Fabel
Adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Beberapa contoh fabel, adalah: Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung Bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dll.

 b. Mite (Mitos)
Adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempuyai kekuatan gaib. Contoh-contoh sastra lama yang termasuk jenis mitos, adalah: Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dll.

 c. Legenda
Adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh: Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dll.

 d. Sage
Adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Beberapa contoh sage, adalah: Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dll.

 e. Parabel
Adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh: Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Mahabarata, Bhagawagita, dll.

 f. Dongeng jenaka
Adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas, atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara humor. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas, dll.

2.      Hikayat
Berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi,  peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh: Hikayat Hang Tuah, Kabayan, Si Pitung, Hikayat Si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Sang Boma, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.

3.      Sejarah (tambo)
Adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama. Contoh: Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.



4.      Epos (wiracarita)
Sejenis karya sastra tradisional yang menceritakan kisah kepahlawanan (wira berarti pahlawan dan carita adalah cerita/kisah). Epos ini seringkali dinyatakan dalam bentuk syair. Beberapa contoh epos terkenal adalah Ramayana, Mahabharata, Illiad, Odysseus, La Chanson de Roland, La Galigo, dan Hikayat Hang Tuah. 

5.      Pelipur Lara
Cerita yang mengisahkan tentang kehebatan seorang kesatria yang fantastik. Biasanya digambarkan bahwa kesatrai itu selalu tampil gagah berani dan tampan, di temani oleh putri-putri cantik dan baik hati. Cerita pelipur lara yang telah dibukukan antara lain berjudul Hikayat Malim Demam, Cerita si Umbut Muda, Hikayat Awang Sulung Merah Muda, Hikayat Anggun Cik Tunggal dan lain-lainnya.



Contoh Prosa Lama (Hikayat)

Botol Ajaib

Tidak ada henti-hentinya. Tidak ada kapok-kapoknya, Baginda selalu memanggil Abu Nawas untuk dijebak dengan berbagai pertanyaan atau tugas yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas juga dipanggil ke istana.

Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman. “Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin.” kata Baginda Raja memulai pembicaraan.

“Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil.” tanya Abu Nawas.

“Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya.” kata Baginda.

Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. la tidak memikirkan bagaimana cara menangkap angin nanti tetapi ia masih bingung bagaimana cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benar angin.

Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak.

Baginda hanya memberi Abu Nawas waktu tidak lebih dari tiga hari. Abu Nawas pulang membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja. Namun Abu Nawas tidak begitu sedih. Karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suatu kebutuhan. la yakin bahwa dengan berpikir akan terbentang jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi. Dan dengan berpikir pula ia yakin bisa menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan terutama orang-orang miskin. Karena tidak jarang Abu Nawas menggondol
sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raja atas kecerdikannya.

Tetapi sudah dua hari ini Abu Nawas belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya. Sedangkan besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkan Baginda Raja. Abu Nawas hampir putus asa. Abu Nawas benar-benar tidak bisa tidur walau hanya sekejap.

Mungkin sudah takdir; kayaknya kali ini Abu Nawas harus menjalani hukuman karena gagal melaksanakan perintah Baginda. la berjalan gontai menuju istana. Di sela-sela kepasrahannya kepada takdir ia ingat sesuatu, yaitu Aladin dan lampu wasiatnya.

“Bukankah jin itu tidak terlihat?” Abu Nawas bertanya kepada diri sendiri. la berjingkrak girang dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah ia secepat mungkin menyiapkan segala sesuatunya kemudian menuju istana. Di pintu gerbang istana Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal karena Baginda sedang menunggu kehadirannya.

Dengan tidak sabar Baginda langsung bertanya kepada Abu Nawas. “Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin, hai Abu Nawas?”

“Sudah Paduka yang mulia.” jawab Abu Nawas dengan muka berseri-seri sambil mengeluarkan botol yang sudah disumbat. Kemudian Abu Nawas menyerahkan botol itu.

Baginda menimang-nimang botol itu. “Mana angin itu, hai Abu Nawas?” tanya Baginda.

“Di dalam, Tuanku yang mulia.” jawab Abu Nawas penuh takzim.

“Aku tak melihat apa-apa.” kata Baginda Raja.

“Ampun Tuanku, memang angin tak bisa dilihat, tetapi bila Paduka ingin tahu angin, tutup botol itu harus dibuka terlebih dahulu.” kata Abu Nawas menjelaskan. Setelah tutup botol dibuka Baginda mencium bau busuk. Bau kentut yang begitu menyengat hidung.

“Bau apa ini, hai Abu Nawas?!” tanya Baginda marah.

“Ampun Tuanku yang mulia, tadi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam botol. Karena hamba takut angin yang hamba buang itu keluar maka hamba memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol.” kata Abu Nawas ketakutan.


Tetapi Baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal. Dan untuk kesekian kali Abu Nawas selamat.
Unsur Intrinsik Hikayat Abu Nawas “Botol Ajaib”
Tema : Semangat/ Kerja Keras
Tokoh :
a.Abu Nawas :Memiliki watak yang cerdik, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha untuk mengerjakan sesuatu walaupun terkadang hal itu aneh, tidak mungkin dan sulit dilakukan.

b.Baginda Raja : Memiliki watak yang licik.selalu berusaha menjatuhkan abu nawas dengan ide-ide dan perintah-perintah anehnya terhadap abu nawas, namun walaupun demikian, abu nawas selalu saja memecahkan masalah yang dihadapinya.

Latar :
Latar tempat :Rumah Abu Nawas, Istana Baginda Raja, Jalan
Latar suasana : Tegang.

Alur :
Menggunakan Maju karena dicerikan mulai dari awal hingga akhir permasalahan.

Sudut penceritaan :
Orang ketiga (pihak penulis), karena cerita tidak secara langsung terjadi namun ada pihak ketiga yang menceritakan kisah tersebut.

Gaya Bahasa :
Majas Personifikasi pada kata “Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin.” kata Baginda Raja memulai pembicaraan. Dan pada “Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya.” kata Baginda. Serta pada Abu Nawas “menggondol sepundi penuh uang emas”
Dalam cerita tersebut, majas yang dominan digunakan bahkan terhadap semua kata yang menggunakan majas adalah majas Personifikasi yaitu majas dengan sifat seolah-olah menurunkan sifat benda hidup terhadap benda Mati.

Amanat :
Jangan berputus asa menghadapi suatu masalah
ketika kita memiliki suatu masalah yang sulit untuk dipecahkan,maka jangan terlalu cepat berputus asa dan memvonis diri bahwa kita tak mampu melakukannya namun berusahalah untuk mengerjakannya karena selama kita mau berusaha, kita insya Allah dapat menyelesaiakan masalah itu, seperti yang dilakukan oleh Abu nawas.

Jangan mencoba menjatuhkan seseorang dengan akal licik dan curang
Kita tidak boleh memiliki sifat seperti raja yang selalu berusaha menjatuhkan Abu nawas dengan akal licik dan curang. Karena sesungguhnya itu akan merugikan kita sendiri.

Jangan sewena-wena dengan jabatan.
Kita tidak boleh memiliki sifat seperti baginda Raja yang seenaknya memerintah seseorang untuk melakukan hal-hal aneh yang sebenarnya jika dipikir secara logis tidak mungkin dilakukan, memerintahkan hal yang aneh dengan maksud curang terhadap seseorang karena merasa dirinya memiliki kewenangan sebagai seorang raja.

Unsur Ekstrinsik Hikayat Abu Nawas “Botol Ajaib”

Nilai Sosial :
Nilai sosial yang terkandung yaitu seseorang seperti baginda raja walaupun memiliki jabatan yang tinggi, ia tetap membutukan bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Artinya seorang raja itu juga makhluk sosial .

Nilai Budaya :
Nilai Budaya yang terkandung yaitu samapai sekarang sistem kerajaan masih banyak diterapakan, masih banyak ditemukan sistem politik kekuatan, siapa yang memiliki kekuatan besar dan wewenang pemerintahan berhak untuk memerintah bawahannya.

Nilai Pendidikan :
Nilai Pendidikan yang terkandung yaitu didalam mengerjakan sesuatu, kita jangan terlalu cepat berputus asa, misalnya kita diberi tugas yang susah oleh guru, kita harus berusaha mengerjakannya.

Nilai Moral :
Nilai Moral yang terkandung yaitu jangan terlalu sewena-wena dengan jabatan, jadikan diri kita bermoral dengan berperilaku yang bermoral bagi sesama tanpa memandang status atau derajat.

Nilai Politik :
Nilai Politik yang terkandung yaitu dalam cerita tersebut diceritakan sebuah cerita kerajaan, kerajaan merupakan sistem politik pada zaman dahulu dan bahkan sampai sekarang masih diterapkan diberbagai negara dan daerah.

0 komentar:

Posting Komentar